RAMADHAN DAN KEBUASAN MANUSIA
t.me/faridsurya
Ketika kanjeng Nabi dihina oleh sebagian besar masyarakat kota Makah hingga dikatai gila, dilempar batu bahkan dilempar kotoran, rupanya malaikat Jibril tidak sabaran. Ia menawarkan kepada kanjeng nabi untuk menumpahkan gunung diatas kota Makah, tapi kanjeng Nabi menolak. Maka bisa dibayangkan betapa kokohnya struktur hati kanjeng Nabi untuk menahan diri dari keinginan keinginan manusiawi, yang cenderung buas.
Manusia sebenarnya adalah makhluk yang diciptakan dengan potensi kebuasan paling besar diantara makhluk lain. Contohnya adalah Firaun. Ketika segala kekuasaan dan kekayaan berada ditangan maka ia menjelma menjadi makhluk paling buas, bahkan puncaknya adalah mengaku dirinya Tuhan. Ia bisa membunuh siapa saja yang ia suka, mencengkeram rakyat dibawah kebuasannya.
Puasa adalah perang melawan hawa nafsu, kata Kanjeng Nabi. Lebih berat daripada perang yang sesungguhnya dengan musuh yang tampak mata. Melawan hawa nafsu adalah melawan kebuasan yang terpelihara dalam diri manusia, kebuasan yang tak kelihatan.
Dalam film anime Naruto Sippunden, dikisahkan naruto adalah seorang jinjuriki. Manusia yang didalam dirinya menyimpan makhluk buas bernama kyubi. Keberhasilan seorang Jinjuriki adalah ketika ia mampu mengendalikan kekuatan kyubi yang ada dalam dirinya. Tapi jika ia gagal, dan kyubi berhasil menguasai maka naruto akan menjelma menjadi makhluk yang sangat buas. Tidak kenal teman dan saudara, apa saja dihancurkan.
"Jangan sampai dia marah!", kata Professor. "Tapi bagaima jika dia terlanjur marah?", tanya guru Kakasi sebagai asisten Professor. "Pasang segel ini di jidatnya". Maka selama bertahun tahun, naruto berlatih mengendalikan kemarahan untuk dapat menaklukkan kebuasan kyubi yang bersemayam dalam dirinya.
Allah sudah tahu betul kebuasan manusia. Bahkan malaikat sempat protes ketika Allah akan mencipta manusia: Apakah Kau akan mencipta manusia yang akan merusak bumi dan menumpahkan darah diatasnya? Sambil tersenyum Allah menjawab: _inni a'lamu maa laa taf'aluun_. Aku lebih tahu apa yang kalian tak tahu.
Rupanya memang puasa Ramadhan inilah yang menjadi segel atas kebuasan manusia. Rupanya Allah tahu, manusia cenderung suka memelihara kebuasan dari meredamnya. Maka selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan, kita diminta untuk mengenali kebuasan yang ada dalam diri kita, dan menemukan titik kelemahannya. Naruto baru berhasil saat peperangan besar pecah. Bagaimana dengan kita? Akankan menunggu perang besar dalam diri kita terjadi baru kita akan mengenali?
Yogyakarta, 18 Mei 2018
Ketika kanjeng Nabi dihina oleh sebagian besar masyarakat kota Makah hingga dikatai gila, dilempar batu bahkan dilempar kotoran, rupanya malaikat Jibril tidak sabaran. Ia menawarkan kepada kanjeng nabi untuk menumpahkan gunung diatas kota Makah, tapi kanjeng Nabi menolak. Maka bisa dibayangkan betapa kokohnya struktur hati kanjeng Nabi untuk menahan diri dari keinginan keinginan manusiawi, yang cenderung buas.
Manusia sebenarnya adalah makhluk yang diciptakan dengan potensi kebuasan paling besar diantara makhluk lain. Contohnya adalah Firaun. Ketika segala kekuasaan dan kekayaan berada ditangan maka ia menjelma menjadi makhluk paling buas, bahkan puncaknya adalah mengaku dirinya Tuhan. Ia bisa membunuh siapa saja yang ia suka, mencengkeram rakyat dibawah kebuasannya.
Puasa adalah perang melawan hawa nafsu, kata Kanjeng Nabi. Lebih berat daripada perang yang sesungguhnya dengan musuh yang tampak mata. Melawan hawa nafsu adalah melawan kebuasan yang terpelihara dalam diri manusia, kebuasan yang tak kelihatan.
Dalam film anime Naruto Sippunden, dikisahkan naruto adalah seorang jinjuriki. Manusia yang didalam dirinya menyimpan makhluk buas bernama kyubi. Keberhasilan seorang Jinjuriki adalah ketika ia mampu mengendalikan kekuatan kyubi yang ada dalam dirinya. Tapi jika ia gagal, dan kyubi berhasil menguasai maka naruto akan menjelma menjadi makhluk yang sangat buas. Tidak kenal teman dan saudara, apa saja dihancurkan.
"Jangan sampai dia marah!", kata Professor. "Tapi bagaima jika dia terlanjur marah?", tanya guru Kakasi sebagai asisten Professor. "Pasang segel ini di jidatnya". Maka selama bertahun tahun, naruto berlatih mengendalikan kemarahan untuk dapat menaklukkan kebuasan kyubi yang bersemayam dalam dirinya.
Allah sudah tahu betul kebuasan manusia. Bahkan malaikat sempat protes ketika Allah akan mencipta manusia: Apakah Kau akan mencipta manusia yang akan merusak bumi dan menumpahkan darah diatasnya? Sambil tersenyum Allah menjawab: _inni a'lamu maa laa taf'aluun_. Aku lebih tahu apa yang kalian tak tahu.
Rupanya memang puasa Ramadhan inilah yang menjadi segel atas kebuasan manusia. Rupanya Allah tahu, manusia cenderung suka memelihara kebuasan dari meredamnya. Maka selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan, kita diminta untuk mengenali kebuasan yang ada dalam diri kita, dan menemukan titik kelemahannya. Naruto baru berhasil saat peperangan besar pecah. Bagaimana dengan kita? Akankan menunggu perang besar dalam diri kita terjadi baru kita akan mengenali?
Yogyakarta, 18 Mei 2018
Komentar
Posting Komentar