Dari Manusia Syahadat sampai Manusia Haji

Sejak kecil kita diajarkan kalau rukun islam itu ada lima. Syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Yang namanya rukun itu ya urut. Rukun shalat diawali dari niat, takbiratul ihram, dan seterunya sampai salam. Begitulah kira-kira. Untuk rukun islam kan juga harus begitu. Manusia tidak wajib shalat kalau dia belum syahadat. Tidak wajib puasa kalau belum shalat. Tidak wajib zakat kalau belum puasa ramadhan. Dan tidak boleh haji kalau belum bayar zakat. Pengorbanan materi untuk melaksanakan kelima rukun tersebut juga bertingkat. Orang bersyahadat tidak perlu bayar mahal, hanya butuh kesadaran saja. Tapi orang akan shalat harus menutup aurat, ada pengorbanan materi didalamnya. Harus membeli kain atau baju atau apapun yang memadai yang bisa menutup aurat. Sampai zakat dan haji, semakin tinggi tingkat rukunnya semakin besar pula pengorbanan materi yang harus diberikan. Tapi jangan Tanya kalau orang yang rumahnya tetanggaan dengan masjidil haram karena jelas aku ndak tahu, kan tulisan ini buat orang Indonesia yang jauh dari masjidil haram.

Dari kelima rukun tersebut, muncul lima macam manusia. Manusia syahadat, manusia shalat, manusia, puasa, manusia zakat, dan manusia haji. Manusia syahadat adalah manusia yang mampu memerdekakan dirinya dari apa-apa yang mencengkeram hati dan pikirannya (taghut) lalu menggantungkan diri sepenuhnya kepada Allah (ikhlas). Kan hanya muhklisin saja yang nda dapat diajak syaitan untuk melakukan keburukan? Manusia shalat. Siapakah itu? “Innashshalata tanha ‘anil fahsya’ wa al munkar..”. itulah manusia shalat. Orang yang dengan shalatnya mampu mencegah perbuatan mirip binatang (keji) dan perbuatan yang memberikan banyak kerugian bagi orang lain (munkar). Manusia puasa lebih hebat lagi, yaitu orang yang mampu memuasakan pikirannya dari prasangka tak berdasar, memuasakan hatinya dari dendam yang membakar, memuasakan matanya dari keindahan semu, memuasakan perutnya dari nafsu kenikmatan, memuasakan kelaminnya dari nafsu kebinatangan yang liar. Sampai pada manuisa haji yang mampu mentawafkan dirinya pada kiblat yang tak berada di timur atau barat. Tidak berada di utara atau selatan. Tidak pula berada di atas ataupun bawah. Tapi berada di tempat yang lebih dekat dari urat lehermu! Manusia haji adalah manuisa yang mampu menundukkan jumrah keburukan dalam dirinya, dan berjuta makna lagi yang kalau kau mau tak akan pernah ada habis-habisnya.

Kelima rukun itu adalah misi hidup seorang muslim. Muslim yang sukses adalah yang mampu menyelesaikan misi itu sampai pada tingkat manusia haji. Kalau sedang berfikir begini, rasanya menjadi kasihan kepada orang-orang yang diberikan pintu rejeki gampang oleh Allah tapi ia tidak mampu menggunakannya untuk menyelesaikan misi ini. Gonta ganti HP, Laptop, atau mobil menjadi pekerjaan yang jauh lebih penting dari sekedar menjadi manusia haji atau manusia syahadat setidaknya. Dan rasanya sudah tak terhitung berapa sujud, berapa rukuk, berapa lapar, atau berapa thawaf yang sudah ummat ini lakukan. Tapi mengapa kekusutan ini belum juga terurai?


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Anak Panah

Warongko anjing ning curigo, curigo manjing ning warongko

Pesonamu