Sekuntum Bunga Puasa untuk Sang Kekasih
Jika orang yang sangat mecintaimu memintamu untuk mengambilkan sekuntum bunga, apa yang terjadi? Paling tidak ada tiga kemungkinan; pertama, jika kau sama sekali tidak mencintainya maka tak akan pernah ada sekuntum bunga itu. Karena jelas kau tak mungkin melakukan sekian usaha dan pengorbanan untuk mendapatkannya. Bahkan mungkin kau justru akan membencinya. Kedua, jika kau juga sangat mencintainya maka walau bagaimanapun susahnya cara untuk mengambil sekuntum bunga itu kau akan berjuang untuk mendapatkannya. Apapun akan kau lakukan bahkan menjadi pecinta gila sekalipun asal hatinya hanya terikat kepadamu. Memenuhi permintaan orang yang dicintai adalah kebeahagiaan bagi sang pecinta. Ketiga, jika kau hanya ‘pekewuh’ atau sekedar menghargainya maka mungkin ada sekuntum bunga itu namun tak akan ada pengorbanan hebat untuk mendapatkannya.
Puasa itu ibadah “khusus untuk-Ku”, kata Tuhan. Tapi apakah Tuhan sungguh membutuhkan puasamu hingga Dia mengatakan kalau puasa itu adalah tindakan yang khusus diperuntukkan untuk Tuhan? Tidak. Tuhan itu maha kuasa yang kekuasaannya melebihi segala makhluk yang Ia ciptakan. Bahkan dengan gampang kita akan menjawab jika ada orang bertanya, “bisakah Tuhan menciptakan batu yang Dia sendiri tak bisa mengangkatnya?” dengan jawaban, “Tuhan bisa menciptakan batu adalah kekuasaan-Nya sedangkan Tuhan tidak bisa mengangkat batu adalah ungkapan ketidak-kuasaan..”. Kalau dalam matematika, ungkapan semacam itu bernilai kontradiksi. Bilangan “satu” bisa kau ungkapkan dengan lambang bilangan bermacam-macam misalnya “1” (angka satu arab) atau “I” (angka satu romawi). Tapi makna dari lambang bilangan itu kan hanya satu yaitu bilangan “satu”. Jadi dalam satu unsure tidak mungkin ia mengandung kontradiksi atau pertentangan makna. Satu ya satu, negative satu ya negative satu. Keduanya adalah unsure yang berbeda. Maka dengan kekuasaan Allah yang tidak terbatas, Dia tidak maembutuhkan apapun yang kontradiksi dengan makna kekuasaan-Nya. Jadi Dia juga tidak butuh puasamu. Sama sekali tidak membutuhkannya.
Jika orang yang mencintai kita meminta kita mengambilkan sekuntum bunga, apakah itu berarti dia butuh sekuntum bunga itu? Tidak. Sesungguhnya ia hanya ingin menyingkap kadar cintamu kepadanya. Jika kau juga mencintainya maka kau akan menjadi orang yang kedua, melakukan apa saja asal mendapatkan sekuntum bunga untuk kau hadiahkan kepadanya. Jika kau sungguh mencintai Allah maka kau akan melakukan upaya-upaya menahan diri sebagai intisari dari tindakan bernama puasa demi mempersembahkan sekuntum bunga ‘ketaatan’ kepada kekasih sejatimu, Allah SWT. Tapi jika kau setengah hati dalam mencintai-Nya maka puasa yang kau lakukan itu hanya sekedar untuk membuat-Nya tidak marah padamu. Tidak ada usaha sepenuh jiwa untuk menghadiahkan sekuntum bunga ‘ketaatan’ kepada-Nya.
Puasa adalah menahan diri, ungkapan cinta bagi sang pencinta. Puasa melekat pada apapun yang memiliki cinta. Puasa melekat pada seekor ulat yang hendak menghadiahkan keindahan dengan menahan diri selama sekian waktu dalam kepompong untuk menjadi kupu-kupu. Puasa melekat pada pepohonan yang akan menghadiahkan hijau semi pada musim hujan dengan merontokkan daunnya dan menahan diri untuk tidak banyak berfotosintesis pada musim kemarau. Puasa melekat pada penguasa yang ingin menghadiahkan indahnya kemakmuran kepada rakyatnya dengan menahan diri untuk memuaskan nafsu dunianya. Tuhanpun menahan diri untuk tidak menimpakan adzab kepada penghuni bumi yang sejak berabad lamanya melakukan pembangkangan tak berterimakasih dengan menghambakan diri pada taghut yang benda (patung berhala) maupun yang bersifat system hidup . Maka hanya manusia yang bertuhankan kesombongan saja yang tidak mau menahan diri dalam segala sisi kehidupan untuk menghadiahkan keindahan kepada kehidupan. Keindahan hanya untuk kehidupan, bukan untuk kematian karena hanya yang hiduplah yang bisa merasakan keindahan.
Atas nama Kasih Sayang, Allah mencinptakan manusia. Cintanya tak berhingga bahkan terhadap manusia yang membangkang tak mau melakukan penghambaan pada-Nya pun masih diberikan rejeki, nafas, kehidupan di dunia. Kepada jenis manusia yang telah menghilangkan seratus nyawa manuisa pun ketika ia minta maaf dengan kerelaan yang sungguh-sungguh pun Allah masih mengampuninya. Kepada pelacur pun Allah masih memberikan hadiah syurga hanya gara-gara pelacur itu dengan ikhlas memberikan air minum kepada seekor anjing yang kehausan. Lalu apa kau kira Allah tidak cinta padamu lalu kau tidak mengulurkan ketaatanmu menyambut cinta-Nya yang tak terbatas itu? Sambutlah cinta-Nya, tahanlah dirimu dari apa yang tidak Dia suka, puasakan keinginanmu, puasakan tanganmu, puasakan lidahmu, puasakan kakimu, puasakan kelaminmu, dan berikanlah sekuntum bunga kebaikan untuk-Nya.
Puasa itu ibadah “khusus untuk-Ku”, kata Tuhan. Tapi apakah Tuhan sungguh membutuhkan puasamu hingga Dia mengatakan kalau puasa itu adalah tindakan yang khusus diperuntukkan untuk Tuhan? Tidak. Tuhan itu maha kuasa yang kekuasaannya melebihi segala makhluk yang Ia ciptakan. Bahkan dengan gampang kita akan menjawab jika ada orang bertanya, “bisakah Tuhan menciptakan batu yang Dia sendiri tak bisa mengangkatnya?” dengan jawaban, “Tuhan bisa menciptakan batu adalah kekuasaan-Nya sedangkan Tuhan tidak bisa mengangkat batu adalah ungkapan ketidak-kuasaan..”. Kalau dalam matematika, ungkapan semacam itu bernilai kontradiksi. Bilangan “satu” bisa kau ungkapkan dengan lambang bilangan bermacam-macam misalnya “1” (angka satu arab) atau “I” (angka satu romawi). Tapi makna dari lambang bilangan itu kan hanya satu yaitu bilangan “satu”. Jadi dalam satu unsure tidak mungkin ia mengandung kontradiksi atau pertentangan makna. Satu ya satu, negative satu ya negative satu. Keduanya adalah unsure yang berbeda. Maka dengan kekuasaan Allah yang tidak terbatas, Dia tidak maembutuhkan apapun yang kontradiksi dengan makna kekuasaan-Nya. Jadi Dia juga tidak butuh puasamu. Sama sekali tidak membutuhkannya.
Jika orang yang mencintai kita meminta kita mengambilkan sekuntum bunga, apakah itu berarti dia butuh sekuntum bunga itu? Tidak. Sesungguhnya ia hanya ingin menyingkap kadar cintamu kepadanya. Jika kau juga mencintainya maka kau akan menjadi orang yang kedua, melakukan apa saja asal mendapatkan sekuntum bunga untuk kau hadiahkan kepadanya. Jika kau sungguh mencintai Allah maka kau akan melakukan upaya-upaya menahan diri sebagai intisari dari tindakan bernama puasa demi mempersembahkan sekuntum bunga ‘ketaatan’ kepada kekasih sejatimu, Allah SWT. Tapi jika kau setengah hati dalam mencintai-Nya maka puasa yang kau lakukan itu hanya sekedar untuk membuat-Nya tidak marah padamu. Tidak ada usaha sepenuh jiwa untuk menghadiahkan sekuntum bunga ‘ketaatan’ kepada-Nya.
Puasa adalah menahan diri, ungkapan cinta bagi sang pencinta. Puasa melekat pada apapun yang memiliki cinta. Puasa melekat pada seekor ulat yang hendak menghadiahkan keindahan dengan menahan diri selama sekian waktu dalam kepompong untuk menjadi kupu-kupu. Puasa melekat pada pepohonan yang akan menghadiahkan hijau semi pada musim hujan dengan merontokkan daunnya dan menahan diri untuk tidak banyak berfotosintesis pada musim kemarau. Puasa melekat pada penguasa yang ingin menghadiahkan indahnya kemakmuran kepada rakyatnya dengan menahan diri untuk memuaskan nafsu dunianya. Tuhanpun menahan diri untuk tidak menimpakan adzab kepada penghuni bumi yang sejak berabad lamanya melakukan pembangkangan tak berterimakasih dengan menghambakan diri pada taghut yang benda (patung berhala) maupun yang bersifat system hidup . Maka hanya manusia yang bertuhankan kesombongan saja yang tidak mau menahan diri dalam segala sisi kehidupan untuk menghadiahkan keindahan kepada kehidupan. Keindahan hanya untuk kehidupan, bukan untuk kematian karena hanya yang hiduplah yang bisa merasakan keindahan.
Atas nama Kasih Sayang, Allah mencinptakan manusia. Cintanya tak berhingga bahkan terhadap manusia yang membangkang tak mau melakukan penghambaan pada-Nya pun masih diberikan rejeki, nafas, kehidupan di dunia. Kepada jenis manusia yang telah menghilangkan seratus nyawa manuisa pun ketika ia minta maaf dengan kerelaan yang sungguh-sungguh pun Allah masih mengampuninya. Kepada pelacur pun Allah masih memberikan hadiah syurga hanya gara-gara pelacur itu dengan ikhlas memberikan air minum kepada seekor anjing yang kehausan. Lalu apa kau kira Allah tidak cinta padamu lalu kau tidak mengulurkan ketaatanmu menyambut cinta-Nya yang tak terbatas itu? Sambutlah cinta-Nya, tahanlah dirimu dari apa yang tidak Dia suka, puasakan keinginanmu, puasakan tanganmu, puasakan lidahmu, puasakan kakimu, puasakan kelaminmu, dan berikanlah sekuntum bunga kebaikan untuk-Nya.
Komentar
Posting Komentar