Kode-kode Digital dalam Lauhulmahfudz
Bagi seorang Muslim siapa yang tidak tahu kisah fenomenal yang melatarbelakangi Umar Bin Khattab masuk Islam. Dari penentang islam total berubah drastis menjadi pembela islam paling militan dan cerdas. Dalam cara pandang sejarah mungkin itu fenomenal. Tapi konon Nabi pernah mengatakan bahwa manusia sebelum dia dilahirkan di dunia sudah di 'program' oleh Tuhan soal rejekinya, ajalnya, dan kebahagiaannya (negatif atau positif). Jadi kalau menggunakan cara pandang ini maka kisah Umar itu menjadi biasa saja. Lha wong sudah di program. Bahkan pemahaman yang jauh lebih 'radikal' dari itu bisa saja muncul. Tanggungjawab itu hanya ada kalau ada kebebasan pilihan. Kalau manusia dikendalikan sepenuhnya oleh Tuhan maka konsep pertanggungjawaban menjadi kontradiktif. Bertentangan dengan hukum dasar logika. "Lha wong yang menjalankan, sadar atau tidak sadar, Tuhan kok! Kenapa manusia yang diminta tanggungjawab?".
Segala ketetapan kehidupan alam semesta beserta isinya kokon sudah tersimpan dalam lauhulmahfudz, kitab ajaib yang mengendalikan takdir. 'kitab' itu bisa dimaknai seperti resep masakan juga bisa dimaknai seperti file 'program digital'. Rejeki jika difahami dengan model resep masakan maka akan tertulis, misalnya, rejeki = Rp. 200.000,- / bulan. Dalam pemahaman ini rejeki adalah konstanta yang tidak dapat lagi berubah nilainya. Sudah dipatok. Tidak bisa kurang, tidak bisa lebih. Kalau dalam grafik namanya grafik konstan, x=2. Garisnya vertikal lurus menyentuh titik x=2, tidak bisa bergeser walau satu pixel.
Beda halnya jika kita memahami itu sebagai sebuah file 'program'. Rejeki bisa ditulis sebagai variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain misalnya usaha. Tentu fungsi kondisinya tidak sesimple jangkauan keterhubungan logika manusia. Tuhan itu programmer sejati sehingga bisa membuat fungsi-fungsi yang menjadikan pola kehidupan alam semesta menjadi sangat artistik. Coba saja amati fenomena kehidupan manusia. Bagaimana mungkin ada tautan hati antara dua manusia jika keduanya tidak saling kompatibel?
Segala ketetapan kehidupan alam semesta beserta isinya kokon sudah tersimpan dalam lauhulmahfudz, kitab ajaib yang mengendalikan takdir. 'kitab' itu bisa dimaknai seperti resep masakan juga bisa dimaknai seperti file 'program digital'. Rejeki jika difahami dengan model resep masakan maka akan tertulis, misalnya, rejeki = Rp. 200.000,- / bulan. Dalam pemahaman ini rejeki adalah konstanta yang tidak dapat lagi berubah nilainya. Sudah dipatok. Tidak bisa kurang, tidak bisa lebih. Kalau dalam grafik namanya grafik konstan, x=2. Garisnya vertikal lurus menyentuh titik x=2, tidak bisa bergeser walau satu pixel.
Beda halnya jika kita memahami itu sebagai sebuah file 'program'. Rejeki bisa ditulis sebagai variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain misalnya usaha. Tentu fungsi kondisinya tidak sesimple jangkauan keterhubungan logika manusia. Tuhan itu programmer sejati sehingga bisa membuat fungsi-fungsi yang menjadikan pola kehidupan alam semesta menjadi sangat artistik. Coba saja amati fenomena kehidupan manusia. Bagaimana mungkin ada tautan hati antara dua manusia jika keduanya tidak saling kompatibel?
Komentar
Posting Komentar